Penjelasan Unsur Unsur Puisi
Unsur Unsur Puisi - Pengertian puisi juga harus dipahami melalui unsur-unsur pembentuk yang menjadikan suatu karya menjadi puisi. Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi menjadi dua macam, yaitu struktur fisik dan struktur batin (Kosasih, 2012: 97; Waluyo, 1987: 106) . Dibawah ini adalah penjabaran dari masing-masing unsur tersebut.
Unsur Fisik Puisi
Unsur fisik berarti berbagai pembentuk suatu tema dalam bentuk yang tampak langsung seperti kata konkrit, diksi (pemilihan kata), gaya bahasa, imaji (pengimajinasian), dsb. Unsur-unsur fisik tersebut akan dijabarkan pada penjelasan dibawah ini:
Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata dalam puisi merupakan hasil pertimbangan dan pemilihan penulisnya, baik itu secara makna, susunan bunyi, atau hubungan antar kata dalam setiap baris dan baitnya. Biasanya puisi akan menggunakan kata konotasi (bermakna tidak sebenarnya) dan kata berlambang atau kata yang mewakili makna lain.
Imaji (Pengimajinasian)
Imaji adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan suasana, perasaan atau bentuk imajinasi lainnya berupa imajinasi berbagai indera manusia seperti pendengaran, pengelihatan, hingga ke sentuhan.
Kata konkret
Yang dimaksud kata konkret adalah kata yang mewakili sebuah makna wujud, fisik; benar-benar mewakili sesuatu yang wujudnya nyata dan sudah tidak abstrak atau tidak jelas. Boleh dibilang kata konkret adalah kebalikan dari kata simbol, konotasi atau gaya bahasa lain yang tidak mewaikili objek atau subjek yang sebenarnya.
Majas (Bahasa Figuratif)
Majas adalah susunan kata atau suatu kalimat yang dapat memancarkan banyak makna sekaligus melalui gaya bahasa yang disampaikan secara imajinatif dan kiasan dengan cara membandingkan, melebih-lebihkan, dsb.
Misalnya majas hiperbola berarti gaya bahasa yang melebih-lebihkan, metafora adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun masuk akal, hingga personifikasi yang memanusiakan sesuatu yang bukan manusia; nyiur melambai.
Versifikasi
Versifikasi adalah semua hal yang bersinggungan dengan bunyi dalam setiap kata, baris dan bait puisi. Terdiri dari rima, ritma dan metrum. Rima adalah pengulangan bunyi yang sama dari suatu bait puisi. Sementara Ritma adalah susunan turun naiknya bunyi secara teratur dalam suatu baris. Kemudian, metrum adalah satuan irama yang ditentukan oleh jumlah dan tekanan suku kata dalam setiap baris puisi, lebih banyak huruf vokal “i” atau “u” dalam suatu baris?
Tipografi
Tipografi adalah tata letak berbagai satuan bahasa dalam puisi. Apakah puisi itu terdiri dari satu dua bait dengan rima yang sama, lalu dua bait lagi berbeda. Kemudian satu bait itu terdiri dari berapa baris? Bagaimana keterhubungan antar bait, dsb.
Unsur Batin Puisi
Sebaliknya dari unsur fisik, unsur batin adalah hal-hal yang tidak tampak atau tak kasat mata, namun secara tidak langsung kehadirannya dapat dirasakan. Unsur batin puisi meliputi: tema (sense), perasaan (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention) (Waluyo, 1987: 106).
Tema
Tema adalah gagasan pokok yang ingin dibawakan oleh penyair dalam puisinya, berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam pengembangan puisinya. Misalnya tema yang diangkat adalah cinta, maka keseluruhan pembentuk puisinya akan dilandaskan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan cinta.
Perasaan (Ekspresi)
Puisi dapat mewakili ekspresi dan berbagai perasaan penulisnya. Ekspresi itu dapat berupa rasa syukur, kerinduan, kegelisahan, atau pernyataan kasih sayangnya terhadap seseorang, hingga kekaguman terhadap keindahan alam.
Nada dan Suasana
Nada adalah skap tertentu yang dibuat oleh penyair terhadap pembaca: apakah puisi bersifat menasehati, menyindir, atau hanya memberikan suatu gagasan dan cerita tertentu. Sementara suasana adalah akibat yang ditimbulkan dari sikap, ekspresi dan unsur lain dari puisi terhadap pembacanya.
Amanat
Merupakan makna berupa pesan atau gagasan keseluruhan yang dapat disimpulkan atau ingin disampaikan oleh Penulisnya. Apakah Penyair mengajak kita untuk berbuat suatu kebaikan, menanggapi suatu isyu sosial, menjadi lebih kritis terhadap suatu masalah, dsb.